Sabtu, 24 September 2011

Ini Dia Tips Menggunakan Kartu Kredit dari BI

Herdaru Purnomo - detikFinance

Bandung - Bank Indonesia (BI) mewanti-wanti kepada nasabah maupun calon nasabah kartu kredit dalam penggunaannya agar tidak terjerumus dan terlilit utang. Informasi apa saja yang harus diketahui oleh pemegang kartu kredit?

Analis Madya Bank Indonesia Sri Yulia Parayudhanti mengungkapkan baik kepada pemegang maupun calon pemegang kartu kredit perlu mengetahui hal-hal dasar sebelum menggunakan kartu ini.

"Penting, bagi calon nasabah maupun nasabah untuk mengetahui hal-hal dasar ini agar nasabah nantinya tidak terjebak dan jika merasa dirugikan nasabah mengerti akan hak-haknya," ungkap Sri ketika ditemui di sela acara Transparansi Produk, Perlindungan dan Mediasi Nasabah Perbankan di Hotel Papandayan, Bandung, Sabtu (24/9/2011).

Apa saja yang harus diketahui nasabah berikut penjelasan BI:

* Penerbit kartu kredit harus menginformasikan penggunaan jasa pihak lain di luar penerbit kartu kredit untuk melakukan penagihan, jika penerbit kartu kredit menggunakannya.
* Penerbit kartu kredit menyampaikan informasi tagihan secara lengkap, akurat, dan informatif serta dilakukan secara benar dan tepat waktu.
* Setiap terjadi perubahan secara umum terhadap informasi tertulis wajib diinformasikan kembali kepada pemegang kartu kredit.
* Penerbit kartu kredit dilarang memberikan secara otomatis fasilitas yang berdampak pada tambahan biaya yang harus ditanggung oleh pemegang kartu kredit atau fasilitas lain di luar fungsi utama kartu kredit
* Dalam hal penerbit menggunakan jasa pihak ketiga maka penagihan oleh pihak tersebut hanya dilakukan jika kualitas tagihan kartu kredit dimaksudk dalam kolektibilitas diragukan atau macet
* Penerbit harus menjamin penagihan oleh pihak lain tersebut memperhatikan ketentuan dengan cara yang tidak melanggar hukum
* Dalam hal transaksi pedagang dilarang memproses penarikan tunai mesin EDC menggunakan kartu kredit.
* Pedagang dilarang membebankan biaya tambahan dalam (surcharge) kepada pemegang kartu kredit
* Minimum pembayaran yang dipatok penerbit untuk kewajiban nasabah dalam jumlah tunggakan yakni sebesar 10% minimal dari total tagihan
* Batas penarikan tunai adalah Rp 10 juta untuk penarikan tunai melalui ATM
* Batas nominal yang akan ditransfer melalui kartu kredit adalah Rp 25 juta melalui ATM

"Ketika ada nasabah yang merasa tidak mendapatkan hak-hak yang seharusnya diberikan oleh penerbit, nasabah bisa meminta langsung kepada penerbit," tutur Sri.

Jika terdapat permasalahan, Sri menambahkan ada kalanya diselesaikan dengan bank langsung dan jika memang belum puas nasabah bisa mengadukan melalui jalur Mediasi Bank Indonesia.

(dru/dnl)

Kamis, 22 September 2011

Bus Layang Diperkenalkan di Indonesia



M Clara Wresti | Robert Adhi Ksp | Kamis, 22 September 2011 | 21:48 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Keinginan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memperbaiki sistem transportasi dengan menggunakan sarana transportasi massal, ditangkap konsorsium sarana transportasi untuk mengenalkan bus layang.
Bus layang ini telah dipakai di beberapa kota di China. Dan tahun depan, bus layang juga akan beroperasi di Brazil, Amerika Serikat, Inggris, Italia, dan beberapa kota Spanyol.

Menurut Jopie Widjaja, Presiden PT Infiniti Wahana yang menjadi salah satu anggota konsorsium, bus layang memiliki sejumlah kelebihan dibanding moda angkutan massal lainnya.

"Investasi untuk bus ini jauh lebih murah, tidak mengambil jalur jalan, dan cepat pembangunannya," kata Jopie yang menggandeng PT Zebra Nusantara dan Shenzen Hashi Future Parking Equipment Co.

Konsep bus layang berbeda dengan konsep yang akan digarap DKI Jakarta, yaitu mengganti monorel dengan busway. Bentuk bus layang mirip kereta dengan empat gerbong. Bentuknya juga mirip bus tingkat, tetapi jauh lebih besar dan lebar, karena mobil-mobil lain bisa melaju di bawah bus layang.

Ini bisa terjadi karena bus ini memiliki dua kaki di kiri kanannya yang berjalan di atas rel. Rel ini bisa diletakkan di tepi median jalan dan separator, sehingga ada ruang bagi kendaraan lain untuk melintas di kolong bus layang. Menurut Jopie, investasi yang dibutuhkan bus layang hanya 15 juta dollar Amerika setiap kilometernya.

Sementara Subway membutuhkan 100 juta dollar AS per km, dan monorel 50 juta dollar AS per km. Selain itu, masa konstruksi bus layang hanya satu tahun, sementara subway enam tahun, dan monorel tiga tahun. "Biaya operasinya juga lebih murah dan sangat ekonomis. Dan lagi ada sistem evakuasi penumpang," kata Jopie. Kapasitas bus layang sangat besar.

Satu gerbong bus setara dengan 10 kopaja atau sekitar 100 penumpang. Sementara satu bus layang terdiri dari empat gerbong, sehingga bisa menampung 1.200 penumpang. Dalam tahap awal yang ditawarkan di Jakarta, proyek jalan layang itu akan menggunakan jalur Kota-Blok M dengan mendirikan 21 halte dan jumlah 42 bus layang. Investasi bus layang dibiayai swasta murni (tanpa menggunakan APBD termasuk saat operasional).

Tarif tiket Rp 5.000 sekali jalan, dan menggunakan sistem Built Operation Transfer (BOT) selama 30 tahun. Dengan penawaran konsep itu, kata Jopie, pihaknya akan memberikan manfaat untuk masyarakat di Jakarta. "Masyarakat akan mendapatkan angkutan aman, nyaman, cepat tanpa terkendala jalur busway dan sejenisnya," kata Jopie yang juga menawarkan ke Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo dan Surabaya.

Asisten Perekonomian Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI, Hasan Basri Saleh, mengatakan akan mempelajari konsep ini. "Kami akan sampaikan ke Gubernur secepatnya," kata Hasan. Sementara Wakil Ketua DPRD DKI, Sayogo Hendrosubroto, menyatakan, pihaknya menilai konsep yang ditawarkan itu inovatif, moderen, dan terobosan baru.

"Artinya kita memang butuh sarana transportasi massal dengan menggunakan hemat energi, diterapkan dengan tarif terjangkau, dan diterima masyarakat, jadi ini memang sangat baik," katanya

Jumat, 16 September 2011

Tipe Kepribadian Turut Tentukan Sukses Berkomunikasi


Jumat, 16 September 2011 09:46 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Bagi seorang presenter Erwin Parengkuan, sukses dalam berkomunikasi itu tidak sekadar ditentukan oleh caranya, namun justru sangat ditentukan tipe kepribadian seseorang.

"Ada empat tipe kepribadian, yakni Si Gesit, Si Rinci, Si Kuat, dan Si Damai," ucap penulis buku 'Click! (Strategi Taktis Berkomunikasi dengan Berbagai Kepribadian)' itu.

Di hadapan sejumlah mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) dalam "Cosmopolitan Campus to Campus" di kampus itu, Kamis (15/9), pemain film "Berbagi Suami" (2006) itu menyebut salah satu dari keempat tipe kepribadian itu ada pada diri setiap orang.

"Karena itu, adalah penting kita mengenal diri kita sendiri, apakah kita masuk tipe kepribadian Si Gesit, Si Rinci, Si Kuat, atau Si Damai, lalu kita baru menentukan cara berkomunikasi yang pas agar sukses," kilahnya.

Pertama, Si Gesit adalah tipe kepribadian yang ceplas-ceplos, serba terburu-buru, ngomong dulu dan mikir belakangan, suka tren terbaru tanpa mikir cocok atau tidak, polos, tidak sabar, dan demonstratif. "Tapi, Si Gesit itu menyenangkan dan awet muda. Dia bisa awet muda, karena dia pemaaf. Dia pemaaf karena dia cepat lupa. Dia termasuk tipe ekstrovet dan cocok dengan pekerjaan sebagai PR (public relation)," katanya.

Kedua, Si Rinci adalah tipe kepribadian yang sangat rapi, necis dalam berpakaian, cara ngomong teratur, santun, tidak asal ngomong tapi berpikir dulu, suka detail, semua hal dihitung, serius, dan ingin selalu sempurna.
"Tapi, Si Rinci itu cenderung menahan diri, artistik, dan bisa frustasi karena terlalu perhitungan, bahkan kalau berteman juga pilih-pilih. Dia termasuk tipe introvet dan cocok dengan pekerjaan seni," paparnya.

Ketiga, Si Kuat adalah tipe kepribadian yang tegas dalam berbicara, cenderung ingin menguasai, tidak suka mengumbar kata-kata, berani tampil, kemauan kuat, "mandiri banget" karena cenderung tidak membutuhkan orang lain, suka perubahan, pikirannya jauh ke depan, tidak mau "ribet" atau repot (praktis), dan tidak mudah akrab karena bergantung kebutuhan.

"Tapi, Si Kuat cenderung otoriter, self center, kayak robot, tidak suka basa-basi, dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan atau keperluannya. Kalau butuh ya cocok, tapi kalau tidak butuh ya diabaikan. Dia termasuk tipe ekstrovet dan cocok atau berbakat menjadi pemimpin," tuturnya.

Keempat, Si Damai adalah tipe kepribadian yang tidak suka ribut (damai), tidak konfrontatif, tidak suka marah, semua orang dijadikan sahabat untuk semua tipe (si gesit, si rinci, dan si kuat), mudah patuh (mengikuti situasi), mau berkorban untuk teman, mementingkan orang lain, pendengar yang baik, dan suka mengamati orang.

"Tapi, Si Damai cenderung menyembunyikan emosi, suka di belakang layar, dan tidak suka action karena takut menyinggung teman. Dia termasuk tipe introvet dan cocok menjadi 'orang kedua' seperti sekretaris atau karyawan," tambahnya.

Nah, kata praktisi komunikasi kelahiran Manado pada 4 Februari 1970 itu, pengenalan terhadap tipe kepribadian itulah yang akan menentukan cara berkomunikasi yang cocok dan akhirnya membuat seseorang bisa sukses dalam berkomunikasi dengan orang lain. "Dalam berkomunikasi, Si Kuat harus menahan diri dan fleksibel. Jangan serba pokoknya atau harus begini-negitu. Jangan terlalu dominan supaya orang lain tertarik," tegasnya.

Untuk Si Rinci, cara berkomunikasinya jangan terlalu banyak perhitungan atau berhati-hati, jangan mudah sensitif, rileks dalam mengatur rencana, dan jangan ragu dengan kemampuan supaya teman tidak menjauh.

"Lain lagi dengan Si Gesit, dalam berkomunikasi jangan terlalu mau serba cepat karena tidak semua orang itu secepat kita, cobalah berbuat dengan planning (perencanaan) dan jangan tergantung kepada situasi. Hati-hati dalam berkomentar dan jangan ikuti perasaan, tapi pikirkan perasaan orang lain. Realistislah dan jangan banyak keinginan," tandasnya.

Untuk Si Damai, cara berkomunikasi yang baik adalah jangan banyak bertanya, karena akan sulit mengambil keputusan, tapi ikuti apa kata hati. "Si Damai jangan nrimo (serba menerima) dan majulah kalau ada kesempatan agar bisa berkembang, maksimalkan potensi," pungkasnya.
Redaktur: Siwi Tri Puji B
Sumber: Antara